Beranda | Artikel
Mengajarkan Ihsan Kepada Anak
Selasa, 25 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Mengajarkan Ihsan Kepada Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 6 Muharram 1442 H / 25 Agustus 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengajarkan Ihsan Kepada Anak

Diantara tiga tingkatan agama adalah ihsan. Perkara yang perlu kita tanamkan kepada anak adalah mengajarkan ihsan kepada anak-anak. Ajarkanlah ihsan kepada anak. Ihsan memiliki banyak makna, ada beberapa dimensi dari ihsan. Yang pertama tentunya ihsan bermakna muraqabah. Yang kedua ihsan bermakna melakukan segala tugas dan tanggung jawab dengan baik. Dan ihsan bermakna melakukan amal-amal kebaikan.

Sangat banyak pintu-pintu kebaikan yang bisa kita buka untuk anak-anak kita. Kita buat mereka gemar melakukannya sedari kecil. Karena “alah bisa karena biasa” anak-anak yang dilatih untuk melakukan kebaikan-kebaikan dimasa kecil dia akan terbiasa melakukannya ketika dia sudah beranjak dewasa. Ketiga makna dan dimensi ihsan ini harus kita ajarkan kepada anak.

Ihsan bermakna melakukan segala tugas dan tanggung jawab dengan baik

Bisa kita artikan juga sebagai sikap profesional di dalam melakukan setiap pekerjaan. Sehingga anak itu biasa melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dan ini merupakan kunci kesuksesan dalam urusan apa saja, dunia maupun akhirat.

Ibadah kalau kita lakukan itu dengan baik, tentu pahalanya berbeda dengan ibadah yang kita kerjakan mungkin setengah hati atau kita tidak sungguh-sungguh atau tidak serius dan tidak fokus. Jadi ini adalah satu pelatihan, yaitu melatih anak-anak untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar dan baik, melatih anak bersikap profesional di dalam setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ini adalah sifat dan sikap yang harus ditanamkan sejak dini. Dan mudah-mudahan itu menjadi jati dirinya ketika dia sudah dewasa.

Ihsan dengan makna ini disebutkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits beliau. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ihsan dalam semua urusan.” (HR. Muslim)

Dan makna ihsan di sini diperjelas Nabi dalam lanjutan hadits tersebut.

فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ

“maka kalau kalian membunuh hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh dan kalau kalian menyembelih hendaklah kalian memperbaiki cara menyembelih kalian.”

Jika kamu melakukan eksekusi atau menghilangkan nyawa, harus dilakukan dengan baik, bukan sekedar asal-asalan dan yang penting mati, tidak. Demikian juga contoh yang lain adalah menyembelih hewan sembelihan. Bukan yang menjadi tujuan kita adalah bagaimana hewan mati, tapi bagaimana hewan itu mati dengan baik.

Jadi ini adalah profesionalisme di dalam melakukan tugas yang kita kerjakan. Sampai-sampai contohnya di sini disebutkan Nabi bahwa menyembelih pun harus profesional. Bagaimana caranya? Yaitu hendaklah menajamkan mata pisaunya dan dia buat nyaman hewan yang disembelihnya. Jadi tidak disiksa, tidak dibanting kanan banting kiri. Sebagian orang ketika menyembelih mereka menyiksa lebih dulu sebelum hewan itu mati. Ada yang pakai pisau tumpul sehingga hewan itu harus sekarat berjam-jam baru mati. Ini tentunya menyakiti hewan tersebut. Artinya ini tidak profesional, ini amatiran.

Seorang muslim harus bisa melakukan tugas dan tanggung jawab yang diembannya dengan baik, dengan profesional. Maka ada kaidah dalam Islam:

العِلْمُ قَبْلَ القَوْلِ وَالْعَمَلِ

“Berilmu sebelum berkata dan berbuat.”

Sebelum kita melakukan eksekusi terhadap satu perkerjaan, kita ilmui dulu. Penyakitnya kita ini, dalam segala urusan, kadang-kadang kita tidak mau belajar atau membaca atau mencari tahu terlebih dahulu sebelum melakukan eksekusi pekerjaan.

Contohnya, mungkin banyak diantara kita yang jarang membaca buku panduan. Misalnya buku pegangan untuk pengoperasian satu unit, kita jarang baca itu. Kita langsung pegang bendanya, kita otak-atik, akhirnya rusak. Padahal segala sesuatu harus ada SOP-nya, harus ditangani dengan profesional. Kalau tidak maka akan berantakan. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Hal ini karena dia akan menanganinya secara amatiran, tidak profesional.

Maka hal ini perlu kita tanamkan kepada anak-anak, semoga ini menjadi jati dirinya, ini menjadi satu tabiatnya, ini menjadi satu sifatnya, yaitu dia tidak akan menangani suatu pekerjaan kecuali setelah dia ketahui betul hal itu kemudian dia menanganinya dengan baik.

Kita melihat ada sebagian anak-anak yang kalau diserahi tugas asal-asalan. Misalnya disuruh cuci piring, tidak bersih, disuruh menyapu halaman ternyata masih kotor, diserahi amanah dia kadang-kadang suka lalai atau sering lalai. Ini adalah bentuk-bentuk tidak profesionalnya dia di dalam menangani tugas yang kita serahkan kepadanya. Maka ini perlu dilatih sejak kecil sehingga menjadi satu kebiasaannya. Kalau dia melakukan tugasnya, maka dia lakukan dengan baik, bukan asal-asalan.

Seorang muslim harus bisa menjadi yang terbaik dalam segala bidang yang dia tangani. Karena Nabi menekankan itu kepada kita. Dalam hadits beliau:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ihsan dalam semua urusan.” (HR. Muslim)

Sehingga seorang muslim profesional dalam hal menyembelih juga, bukan asal-asalan. Dia harus tahu dimana tempat untuk meletakkan pisau itu, bukan di tempat yang salah. Kalau tempat yang salah, tentunya hewan itu tidak akan mati, sementara dia kesakitan dan terluka. Orang yang mengerti, dia tahu dimana dia letakkan mata pisau itu dan bagaimana cara menyembelihnya. Ada sebagian orang yang menyembelih ayam sampai putus lehernya untuk memastikan hewan itu mati. Sebenarnya tidak harus seperti itu. Sebagian orang yang memang sudah profesional, orang yang sudah terbiasa dan melakukannya dengan baik, cukup dengan sekali goresan saja sudah mati ayam itu. Sebagian orang karena salah tempat meletakkan mata pisau, sampai dia bolak-balik menggoroknya kambing itu tidak mati-mati. Itulah bentuk tidak profesionalnya kita dalam melakukan tugas tersebut.

Maka ini harus kita latih anak-anak kita. Kita bisa melatih mereka dengan menyerahi kepada mereka tugas-tugas tertentu kemudian kita mengevaluasi atau menilai pekerjaannya. Kita katakan misalnya: ini kurang begini, ini kurang begitu, dan seterusnya.

Sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan, termasuk pesantren juga bisa melakukan evaluasi kepada murid-muridnya ketika memberikan tugas-tugas kepada mereka. Coba dinilai bagaimana mereka menangani pekerjaan itu. Supaya itu bisa menjadi satu bahan bagi kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

Jadi ini sangat penting. Karena sebagian anak kita lihat apabila melakukan suatu pekerjaan, dia sungguh-sungguh mengerjakannya dengan baik. Disuruh menyapu, hasilnya bersih mengkilap. Tapi ada sebagian anak ketika disuruh menyapu masih berserakan di sana-sini, asal-asalan saja dia kerjakan. Ini bentuk tidak ihsan.

Maka ihsan bermakna melakukan segala tugas dan tanggung jawab dengan baik dan dengan penuh perhatian atau dengan cara yang profesional harus kita latih sejak kecil. Kita menganut pepatah yang mungkin kita semua sudah tahu, yaitu “alah bisa karena biasa”. Satu pekerjaan yang biasa kita lakukan, maka kita akan terbiasa untuk melakukannya. Bisa kita lakukan itu dengan baik dan benar.

Pembiasan tersebut akan membuatnya menjadi pribadi yang teliti dan punya dedikasi yang tinggi di dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. Ini merupakan kunci kesuksesan bagi anak ini nantinya. Setiap orang pasti akan puas melihat hasil pekerjaan yang baik, profesional, teratur, detail. Karena segala sesuatu itu nilainya itu pada detailnya sebenarnya. Dan satu perkerjaan bisa dinilai plus minus nilainya dari detail pekerjaan itu. Misalnya ukiran, ada perbedaan yang mencolok antara ukiran yang dibuat alakadarnya dengan ukiran yang memang dibuat dengan penuh ketelitian, dilakukan dengan profesional. Tentu nilainya berbeda. Maka barang-barang yang handmade (buatan tangan) itu biasanya lebih mahal. Hal itu karena detailnya. Detailnya itu yang membuat suatu barang lebih bernilai mahal dibandingkan barang yang dibuat dengan mesin.

Jadi ini merupakan modal hidup bagi anak-anak kita nantinya kedepan. Kalau mereka ingin sukses baik itu dunia maupun akhirat, maka sifat ini harus kita ajarkan kepada mereka sedari kecil. Profesionalisme itu bukan hanya dalam urusan dunia. Urusan dunia kita bersikap profesional supaya mendapatkan keuntungan duniawi. Tenaga yang profesional tentu gajinya berbeda dengan yang amatiran. Pasti lebih tinggi yang profesional dari pada yang amatiran.

Dalam urusan akhirat juga kita harus melakukan segala tugas dan tanggung jawab akhirnya kita dengan profesional. Dalam semua perkara-perkara agama, ibadah, kalau kita lakukan dengan baik, maka itu akan menjadi baik.

Tabiat seperti ini tidak muncul serta-merta, tidak muncul seketika, tidak muncul dadakan, tidak muncul tiba-tiba. Ini adalah pembiasaan dan pelatihan yang terus-menerus. Ada sebagian orang kita lihat melakukan sesuatu dengan teliti. Karena dari kecil memang seperti itu desainnya. Ada orang yang asal-asalan. Karena dari kecil memang kerjanya asal-asalan. Ini akan terbawa dalam semua urusan nantinya, baik itu urusan dunia maupun akhirat.

Maka kita lihat ada sebagian orang yang urusan akhiratnya, mottonya adalah “yang penting sudah dikerjakan”. Ada sebagian orang yang penting sudah shalat. Bagaimana shalatnya, itu urusan nomor sekian. Jadi sekali lagi ini sangat penting dan ini menjadi modal yang berharga bagi anak-anak kita nantinya setelah dia beranjak dewasa. Maka jangan sampai telat menanamkan ini kepada anak-anak kita. Mereka harus menjadi orang yang prorfesional dalam segala urusan yang mereka kerjakan dan dalam segala perkara yang mereka lakukan.

Download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48916-mengajarkan-ihsan-kepada-anak/